| by google/mediatataruang |
Ketika hari pasaran, maka lalu lalang mobil pickup yang mengangkut orang akan semakin ramai. Kebanyakan orang – orang daerah pedesaan akan berbelanja kepasar saat hari pasaran. Tak jarang pula mereka berbelanja kebutuhan sehari – hari seminggu sekali bahkan sebulan sekali. Setiap berbelanja maka mereka akan membeli banyak barang kebutuhan untuk persiapan dalam jangka waktu yang relatif lama. Keberadaan pasar yang jauh dari rumah, serta kondisi jalanan yang relatif meliuk – liuk, menanjak dan menurun serta minimnya transportasi yang memadai maka memaksa mereka untuk berbelanja dalam jumlah yang banyak.
Kegiatan berbelanja ini lazimnya dilakukan oleh kaum perempuan. Biasanya mereka berbelanja untuk mereka jual kembali. Dirumah mereka terdapat pula toko/warung kecil – kecilan yang menjual barang kebutuhan sehari – hari. Maka tidak heran jika belanjaan mereka banyak.
ketika membawa barang dagangan, maka setiap sudut mobil pick up akan dijejali oleh berbagai barang – barang yang dibeli oleh penumpangnya. Bahkan di bagian besi pembatas yang ada di bak pick up juga bergelantungan barang dagangan. Besi pembatas ini atua biasa disebut sepanten adalah modifikasi dari pemilik pick up tersebut. Jerigen yang berisi minyak goreng dan sebagainya akan digantungkan dengan tali yang telah dipersiapkan sebelumnya. Seperti hiasan saat karnaval agustusan hehehe.
Untuk tingkat keamaan, penggunaan mobil pick up untuk mengangkut orang sebenarnya tidaklah aman. Kita tau bahwa mobil pick up adalah mobil bak terbuka. Penumpang dituntuk harus hati – hati dan waspada. Di daerah pedesaan masih banyak pohon – pohon yang ada di pinggir jalan, tentunya banyak ranting yang mengarah ke jalan kalau tidak hati-hati maka akan terkena ranting tersebut saat mobil melaju. Belum lagi ketika jalanan menanjak atau menurun. Para penumpang harus menjaga keselamatannya sendiri. Mereka harus mencari pegangan agar tidak terjatuh saat pick up melaju.
Meski begitu tidak ada rasa takut pada para penumpang tersebut. Faktor keterpaksaan yang berubah menjadi kebiasaan pada akhirnya mengubah rasa takut mereka menjadi sebuah kewajaran. Kebutuhan hidup dan kebutuhan mencari ekonomi membuat para perempuan – perempuan tersebut menjadi tanggung. Tak jarang pula mereka harus berangkat pagi – pagi disaat kabut masih menyelimuti jalanan. Disaat yang lain masih terlelap bersama mimpi, para perempuan tangguh ini pun sudah harus melawan rasa takut mereka.
Di sisi lain, mereka harus juga pintar menawar barang yang akan dibeli. Keuntungan sedikit akan sangat bermanfaat untuk modal mereka berdagang kecil – kecilan. Hidup didesa itu rasa yang selalu ada adalah rasa peduli. Disaat tetangganya membutuhkan dan tak mampu membeli, maka pemilik warung/toko rela pula memberikan barang secara Cuma – Cuma. Jika dihitung dengan resiko dan lain – lain maka si pemilik warung itu akan rugi banyak, namun itulah bentuk kerukunan masyarakat desa. Hidup itu tidak melulu mencari untung, tetapi hidup itu mengupayakan agar menjadi orang yang beruntung. Inilah nikmatnya hidup di desa meski dengan segala keterbatasan dan resiko.
0 Response to "Alat Angkutan Pedesaan Dan Perempuan Desa"
Posting Komentar